LAPORAN PRAKTEK LAPANG MASYARAKAT PESISIR SEKITAR TAMAN NASIONAL UJUNG KULON



SOSIOLOGI MASYARAKAT PESISIR
LAPORAN PRAKTEK LAPANG MASYARAKAT PESISIR SEKITAR TAMAN NASIONAL UJUNG KULON




Oleh:
SITI ROHMAH
NRP. 52165211656


PROGRAM DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUMBERDAYA
SEKLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2017


DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan

II. METODE PRAKTEK
2.1 Waktu Dan Tempat
2.2 Prosedur Kerja

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Struktur/identitas masyarakat disekitar kawasan TNUK
      3.1.1 Identifikasi masyarakat ( suku asal, agama, dan tingkat pendidikan)
      3.1.2 Usaha/kegiatan dalam bidang perikanan dikawasan TNUK
3.2 Identifikasi kearifan lokal di sekitar kawasan TNUK
3.2.1 Upacara adat atau kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat  
          sekitar kawasan TNUK
3.2.2 Pengaruh upacara adat atau kegiatan adat terhadap TNUK
3.2.3 Kegiatan keagamaan yang bersifat spesifik lokal dan berpengaruh terhadap kawasan TNUK
3.3 Deskripsi masing-masing kegiatan
3.3.1 Tujuan masing-masing upacara adat terhadap kawasanTNUK
3.3.2 Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan TNUK
3.4 Keterkaitan masing-masing upacara/kegiatan dengan pengelolaan   sumberdaya perikanan
3.4.1 Pemahaman masyarakat mengenal pengelolaan SDA di kawasan TNUK
3.5 Saran masyarakat yang harus dilakukan oleh pemerintah terkait dengan  kawasan TNUK
3.5.1 Keaktifan masyarakat dalam pemberikan krtik dan saran kepada pemerintah
3.6 Identifikasi usaha masyarakat dibidang perikanan terhadap kawasan TNUK
3.7 Hambatan yang dijumpai dalam pengembangan dan pengelolaan TNUK

IV. KESIMPULAN

V. PERSANTUNAN

DAFTAR PUTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia dikenal sebagai negara  mega-biodiversity dalam hal keanekaragaman  hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi  pembangunan. Namun demikian dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai  peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain-lain), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin  meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya. Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah, bahwa kecenderungan kerusakan lingkungan pesisir dan lautan lebih disebabkan paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini diterapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Cenderung bersifat ekstratif serta dominasi kepentingan ekonomi pusat lebih diutamakan daripada ekonomi masyarakat setempat (pesisir). Seharusnya lebih bersifat partisipatif, transparan, dapat dipertanggung-jawabkan (accountable), efektif dan efisien, pemerataan serta mendukung supremasi hukum.
Wilayah Pesisir beserta sumberdaya alamnya, memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam hal keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Namun demikian dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata, dan lain-lain), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir pantai semakin meningkat (Amanah, 2010).
Hasil laut adalah sumber utama penghidupan masyarakat pesisir yang hidup dari hasil laut atau bahkan dapat dikatakan bahwa basis perekonomian masyarakat pesisir adalah sektor perikanan. Tingginya unsur ketidakpastian dalam melaut, khususnya bagi masyarakat pesisir, telah menjadi persepsi umum yang berkembang menyangkut kebutuhan hidup keluarga nelayan dan umumnya masyarakat pesisir. Sejarah kemiskinan keluarga yang mengantungkan hidup dari apa yang diberikan laut kemudian sering menjadi gambaran tekanan situasi sektor ini.

1.2  Tujuan
1.    Agar dapat mengetahui kehidupan masyarakat pesisir.
2.    Agar dapat mengetahui kearifan lokal masyarakat pesisir di sekitar kawasan TNUK.
3.    Agar dapat mengetahui hambatan yang dijumpai nelayan dalam mengelola kawasan pesisir.






BAB II
METODE PRAKTEK
2.1  Waktu dan Tempat
Praktek dilaksanakan di wilayah pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya. Pelaksanaan pada tanggal 12 April 2017, pukul 14.30 WIB s/d 14.55 WIB.
Gambar 1. Wilayah pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya
2.2  Prosedur Kerja
1.    Persiapan peta dasar dan penentuan lokasi.
2.    Persiapan administrasi berupa pembuatan surat izin kegiatan praktek lapangan.
3.    Persiapan peralatan dan perlengkapan.
Peralatan dan perlengkapan dalam kegiatan praktek lapang konservasi biologi di Taman Nasional Ujung Kulon adalah:
a.    Sarana transportasi. Transportasi darat dapat menggunakan kendaraan berupa bus STP Jakarta.
b.    Peralatan dasar pribadi, seperti alat tulis, pakaian, dan kamera.
c.    P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan), obat pribadi dan vitamin.
d.    Makanan dan minuman.
4.    Pelaksanaan praktek lapangan di wilayah pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya.
5.    Pemberian arahan oleh Bapak Kadarusman Ph.D dan Bapak Heri Triyono, A.Pi., M.Kom.,
6.    Melakukan sosialisasi dengan masyarakat area pesisir Pantai Sumur.
7.    Mengkompilasi semua data yang diperoleh
8.    Membuat laporan praktek lapang sosiologi masyarakat pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya Taman Nasional Ujung Kulon



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saat mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon, kami singgah di Pesisir Pantai Selat Sunda tepatnya di Sumur Jaya. Disana kami mewawancarai salah seorang nelayan yang yang bernama Bapak Junaedi yang berusia 23 tahun. Dengan pendidikan akhir Sekolah Dasar (SD). 
3.1  Struktur/Identitas Masyarakat Di Sekitar Kawasan TNUK
3.1.1      Identifikasi  Masyarakat (Suku Asal, Agama, dan Tingkat Pendidikan
Menurut narasumber Mayoritas agama di sekitar kawasan TNUK adalah Islam, namun, ada juga berbagai agama yang lain, seperti Kristen,Hindu,dan Konghucu. Tingkat pendidikan mayoritas hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), hanya beberapa orang yang melanjutkan hingga tingkat SMA atau Kuliah.

1.    Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.
2.    Suku Bugis 
Suku Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.  Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.

3.1.2      Usaha/Kegiatan dalam Bidang Perikanan di Kawasan TNUK
Usaha atau kegiatan dalam bidang perikanan di kawasan TNUK yaitu meliputi pengolahan ikan asin, pengolahan ikan dijadikan nugget, dan cumi-cumi bakar. Hasil tangkapan dari nelayan biasanya dijual langsung kepada bakul penjual ikan yang ada langsung di kawasan pesisir pantai tersebut. Karena tempat Pelelangan Ikan yang ada disana sudah tidak aktif.

3.2  Identifikasi Kearifan Lokal di sekitar Kawasan TNUK
3.2.1      Upacara Adat Atau Kegiatan Yang Dilaksanakan Oleh Masyarakat
Sekitar Kawasan TNUK
Adat istiadat dan tata nilai yang ada dalam suatu masyarakat merupakan basis dalam mengatur tata perikelakuan anggota masyarakat. Rasanya akan banyak kehilangan sesuatu yang berharga apabila kekayaan adat istiatat dan budaya yang ada di kawasan Nusantara tidak dipelihara dan dikembangkan. Untuk itu perlu upaya penggalian terhadap apa yang disebut dengan istilah nilai-nilai kearifan lokal. Sebagaimana dikemukakan Maryani, (2011,1) bahwa: “Dalam penjelajahan jaman untuk mencapai tujuan “kesejahtaeraan dan kebesaran suatu bangsa”, Indonesia membutuhkan energi dalam bentuk jatidiri (sense of identity), solideritas (sense of solidarity), rasa saling memiliki (sense of belonging), dan kebanggaan bangsa (sense of pride).
Nilai-nilai budaya lokal yang unggul harus dipandang sebagai warisan sosial. Manakala budaya tersebut diyakini memiliki nilai yang berharga bagi kebanggaan dan kebesaran martabat bangsa, maka transmisi nilai budaya kepada generasi penerus merupakan suatu keniscayaan.
Menurut narasumber pada zaman dahulu pernah dilaksanakan upacara ruatan yaitu sedekah laut setelah musim panen datang akan tetapi saat ini hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi.  Pada kondisi sekarang ini sudah tidak ada upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon akan tetapi pada setiap satu tahun satu kali dilaksanakan syukuran dengan cara seperti istigosah yang tujuannya yaitu untuk dijauhkan dari marabahaya dan mensyukuri atas hasil tangkap yang telah diberikan Tuhan. (Junaedi, 2017)

3.2.2      Pengaruh Upacara Adat Atau Kegiatan Adat Terhadap TNUK

Pada zaman dahulu ada pengaruhnya upacara atau kegiatan pada masyarkat pesisir terhadap Taman Nasional Ujung Kulon yaitu banyak pengunjung yang datang ingin melihat prosesi upacara tersebut yang mengakibatkan banyak pula pengunjung yang mendatangi Taman Nasional Ujung Kulon. Tetapi, tidak dengan saat ini yang sudah tidak dilaksanakannya upacar adat. (Junaedi, 12/05/2017)

3.2.3      Kegiatan Keagamaan Yang Bersifat Spesifik Lokal dan Berpengaru Terhadap Kawasan TNUK
Masyarakat pesisir kawasan TNUK yang tidak mempunyai adat atau kegiatan yang merupakan kearifan local daerah tersebut, mereka hanya mengadakan upacara syukuran per tahun, mungkin ini dikarenakan banyak percampuran suku seperti suku sunda, suku bugis, dan suku daerah local tersebut sehingga tidak terdapat adat ataupun ciri khas yang dimiliki masyarakat sekitar kawasan TNUK karena perbedaan pemahaman.

3.3    Deskripsi Masing-Masing Kegiatan
3.3.1  Tujuan Masing-Masing Upacara Adat Terhadap Kawasan TNUK
Menurut narasumber yang saya wawancarai tidak ada kegiatan yang bersifat spesifik lokal dan berpengaruh terhadap kawasan TNUK

3.3.2  Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengembangan TNUK
Masyarakat pesisir sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka beraktifitas di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon untuk mengambil hasil ikan di area luar Taman Nasional Ujung Kulon. Namun masih saja terdapat nelayan yang mencuri hasil ikan di dalam kawasan yang dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Pemanfaatan tersebut semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akibat rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk. Permasalahan selain pengambilan hasil ikan yang menyimpang adalah tidak tersedianya TPA sampah sekitar pesisir TNUK.


a.    Pada kegiatan mewawancarai nelayan sekitar diketahui bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengembangan TNUK masih terbatas. Hanya sedikit nelayan yang peduli dengan pengembangan TNUK. Masyarakat membentuk kegiatan pengamanan kawasan secara mandiri dengan biaya sendir Padahal peran masyarakat sangatlah penting. Menurut Conyers (dalam Dicky, 2003), ada 3 (tiga) alasan utama mengapa peran serta mempunyai sifat yang sangat penting , yaitu pertama, peran serta masyarakat sebagai alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, tanpa kehadirannya program pembangunan/proyekproyek akan mengalami kegagalan. Kedua, masyarakat akan percaya bahwa proyek dan program pembangunan, jika merasa dilibatkan dalam    proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, merupakan suatu hak demokrasi apabila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.    Peran serta dari sudut pandang pemerintah adalah melakukan sesuatu dengan biaya semurah mungkin, sehingga sumber dana yang terbatas dapat dipakai untuk kepentingan sebanyak mungkin.
b.    Faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), dan faktor dari luar masyarakat (eksternal). Faktorfaktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional adalah:
c.     1. Faktor internal, yaitu umur, jenis pekerjaan, pendidikan, tingkat penghasilan dan lama tinggal, ikatan psikologis dengan lingkungan sekitar, tokoh masyarakat.
d.    2. Faktor eksternal, yaitu semua stakeholder yang mempunyai pengaruh terhadap program/kegiatan pengelolaan Taman Nasional misalnya: LSM, Pemda, swasta, dll

3.4    Keterkaitan Masing-Masing Upacara Atau Kegiatan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
3.4.1      Pemahaman Masyarakat Mengenai Pengelolaan SDA Di Kawasan TNUK
Dari hasil wawancara nelayan sekitar daerah Taman Nasional Ujung Kulon diketahui bahwa rata-rata nelayan tidak memahami tentang pengelolaan SDA di kawasan TNUK. Sebagian besar masyarajat hanya memahami mengenai pengelolaan ekowisata kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu serta semenanjung Ujung Kulon dan beberapa pulau kecil, diantarnya adalah Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dengan luas keseluruhan mencapai 122.956 Ha, dalam pengelolaannya mengacu pada tiga prinsip konservasi (Perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya dalam pengawasan fungsi dan kerjanya dibagi atas 3 Seksi Wilayah Perlindungan terpadu yaitu Seksi PT Wilayah I Pulau Panaitan, Seksi PT Wilayah II Handeuleum dan Seksi PT Wilayah III Sumur.
Nelayan menawarkan jasa sewa perahu untuk menyebrang ke wisata pulau sekitar TNUK. Harga yang ditawarkan para nelayan yaitu 150.000-250.000 rupiah per kepala.

3.5    Saran Masyarakat Yang Harus Dilakukan Oleh Pemerintah Terkait Dengan Kawasan TNUK



3.5.1  Keaktifan Masyarakat Dalam Pemberian Kritik Dan Saran Kepada Pemerintah
Kritikan masyarakat terhadap pemerintah yaitu:
1.    Pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat yang terbelakang seperti contohnya dengan cara memberikan bantuan dana.
2.    Pemerintah daerah harusnya lebih menanggapi apa yang masyarakat
ajukan mengenai fasilitas dan infrastruktur kawasan daerah pesisir Kecamatan Sumur
3.    Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan estetika kawasan pesisir dengan menjaga lingkungan kawasan pesisir dengan cara pemerintah menyediakan tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan
Saran masyarakat terhadap pemerintah
Untuk balai taman nasional ujung kulon,agar terus mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya warga di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon untuk turut serta dalam upaya konservasi satwa ini dengan tidak melakukan ekspoitasi sumber daya alam di sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan habitat badak jawa.

3.6    Identifikasi Usaha Masyarakat Dalam Pemberian Kritik Dan Saran Kepada Pemerintah
Biasanya masyarakat/orang yang mempunyai modal yang sangat besar membuat KJA (Keramba Jaring Apung). Keramba Jaring Apung adalah sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang mengapung diatas air. Fungsinya untuk pembibitan atau budidaya ikan dan biota laut. Tujuannya dengan menggunakan Kubus Apung Interlocking System "Magic Float", maka Keramba Jaring Apung tetap stabil walau ombak besar, karena rangka dari konstruksinya adalah rangkaian dari kubus-kubus apung yang mengikat satu sama lain, sehingga sangat kuat, stabil, dan tahan lama. KJA ini dikelola langsung oleh masyarakat didaerah Sumur Jaya

3.7    Hambatan Yang Dijumpai Dalam Pengembangan dan Pengelolaan TNUK
Hambatan yang dialami dalam pengembangan dan pengelolaan TNUK adalah anggaran yang kurang memadai, kesadaran masyarakat yang masih mengambil kayu didaerah konservasi, ekonomi (masyarakat memanfaatkan apa yang ada didaerah konservasi untuh memenuhi kebutuhan hidupnya).


BAB IV
KESIMPULAN
Penduduk di wilayah pesisir pantai memiliki tingkat ekonomi yang relatif rendah, dimana pada musim barat, sebagian nelayan tidak melaut dan sebagian besar dari mereka hanya mengantungkan hidupnya pada ikan di laut. M Mereka juga hanya merekam puasa dengan melihat hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya pengembangan mata pencaharian alternatif sebagai salah satu cara yang harus diprioritaskan. Mayoritas usaha/kegiatan masyarakat dikawasan TNUK adalah nelayan, pedagang ikan asin, membuka toko/kios kecil, selain itu masyarakat juga membuka bagan. Namun, hanya masyarakat yang mempunyai modal yang mampu membuat bagan.



BAB V
PERSANTUNAN
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang tiada habisnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan praktek lapang di Pesisir Pantai Sumur Jaya ini dengan baik. Dengan selesainya laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Awaludin Syamsudin, S.St.Pi.,M.Si., Bapak Dr.Ir. I Nyoman Suyasa M.Si selaku dosen mata kuliah sosiologi masyarakat pesisir yang telah membimbing dalam pengambilan data di lapangan, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.    Bapak Ir. Mochammad Heri Eddy selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan;
2.    Ibu Maria Goreti Eny K., S.St.Pi., M.Mpi., selaku ketua Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan;
3.    Bapak Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Ketua Program Studi pengelolaan sumberdaya perairan;
4.    Bapak Kadarusman, S.Pi., DEA., M.Sc.,PhD., Bapak Basuki Rachmad, M.Si.,Ir., Bapak Abdul Rahman, A.Pi.,M.,Si., Ibu Dra Nunung Sabariyah, M.Pd., Ibu Dr. Ita Djunita P.D.,A.Pi.,M.Pd., Ibu Dra. Ratna Suharti, M.Si dosen yang telah meluangkan waktu dan tenanganya untuk ikut serta dalam kegiatan praktek lapang
5.    Bapak ibu pembina kampus BAPPL-STP Serang yang telah mendukung kegiatan ini














DAFTAR PUSTAKA
Baedowi Ahmad (2 Maret 2015). Calak Edu 4: Esai-esai Pendidikan 2012-2014. Pustaka Alvabet. p. 61. ISBN 978-602-9193-65-7. Diakses tanggal 2 April 2016.
Fadel, Muhammad. (2009). Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah. Jakarta: Gramedia.
Gunawan, G., Suherman, S., & Ayesha, I. (2017). PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KAWASAN PENYANGGA TNUK UNTUK MENOPANG PANGAN RUMAH TANGGA. UNES Journal of Community Service, 1(1), 35-47.
Sadelie, A., Karwur, D., Ngangi, E., Mahmudi, M., Zulbainarni, N., Khakim, N., ... & Hendarto, T. (2003). STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN.

Bagikan :
+
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "LAPORAN PRAKTEK LAPANG MASYARAKAT PESISIR SEKITAR TAMAN NASIONAL UJUNG KULON"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top