SOSIOLOGI MASYARAKAT PESISIR
LAPORAN
PRAKTEK LAPANG MASYARAKAT PESISIR SEKITAR TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Oleh:
SITI ROHMAH
NRP. 52165211656
PROGRAM DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUMBERDAYA
SEKLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2017
DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
II.
METODE PRAKTEK
2.1 Waktu Dan
Tempat
2.2 Prosedur
Kerja
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Struktur/identitas masyarakat disekitar kawasan TNUK
3.1.1 Identifikasi masyarakat ( suku
asal, agama, dan tingkat pendidikan)
3.1.2 Usaha/kegiatan dalam bidang
perikanan dikawasan TNUK
3.2 Identifikasi
kearifan lokal di sekitar kawasan TNUK
3.2.1 Upacara
adat atau kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
sekitar kawasan TNUK
3.2.2 Pengaruh
upacara adat atau kegiatan adat terhadap TNUK
3.2.3 Kegiatan
keagamaan yang bersifat spesifik lokal dan berpengaruh terhadap kawasan TNUK
3.3 Deskripsi
masing-masing kegiatan
3.3.1 Tujuan
masing-masing upacara adat terhadap kawasanTNUK
3.3.2 Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan TNUK
3.4 Keterkaitan
masing-masing upacara/kegiatan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan
3.4.1 Pemahaman masyarakat mengenal pengelolaan SDA di
kawasan TNUK
3.5 Saran masyarakat
yang harus dilakukan oleh pemerintah terkait dengan kawasan TNUK
3.5.1 Keaktifan masyarakat dalam pemberikan krtik dan
saran kepada pemerintah
3.6 Identifikasi
usaha masyarakat dibidang perikanan terhadap kawasan TNUK
3.7 Hambatan yang
dijumpai dalam pengembangan dan pengelolaan TNUK
IV.
KESIMPULAN
V.
PERSANTUNAN
DAFTAR PUTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan jumlah pulau sekitar
17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia dikenal sebagai
negara mega-biodiversity dalam hal
keanekaragaman hayati, serta memiliki
kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Namun demikian dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah
pesisir, bagi berbagai peruntukan
(pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain-lain), maka tekanan
ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya
akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya. Satu hal yang lebih
memprihatinkan adalah, bahwa kecenderungan kerusakan lingkungan pesisir dan
lautan lebih disebabkan paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini
diterapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Cenderung bersifat ekstratif serta dominasi
kepentingan ekonomi pusat lebih diutamakan daripada ekonomi masyarakat setempat
(pesisir). Seharusnya lebih bersifat partisipatif, transparan, dapat
dipertanggung-jawabkan (accountable), efektif dan efisien, pemerataan serta
mendukung supremasi hukum.
Wilayah Pesisir
beserta sumberdaya alamnya, memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi
bangsa Indonesia. Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis pantai sepanjang
81.000 km, Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam hal
keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial
untuk berbagai opsi pembangunan. Namun demikian dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi
berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata, dan
lain-lain), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir
pantai semakin meningkat (Amanah, 2010).
Hasil laut adalah
sumber utama penghidupan masyarakat pesisir yang hidup dari hasil laut atau
bahkan dapat dikatakan bahwa basis perekonomian masyarakat pesisir adalah
sektor perikanan. Tingginya unsur ketidakpastian dalam melaut, khususnya bagi
masyarakat pesisir, telah menjadi persepsi umum yang berkembang menyangkut
kebutuhan hidup keluarga nelayan dan umumnya masyarakat pesisir. Sejarah
kemiskinan keluarga yang mengantungkan hidup dari apa yang diberikan laut
kemudian sering menjadi gambaran tekanan situasi sektor ini.
1.2 Tujuan
1.
Agar dapat mengetahui kehidupan masyarakat pesisir.
2.
Agar dapat mengetahui kearifan lokal masyarakat pesisir
di sekitar kawasan TNUK.
3.
Agar dapat mengetahui hambatan yang dijumpai nelayan
dalam mengelola kawasan pesisir.
BAB II
METODE PRAKTEK
2.1 Waktu dan Tempat
Praktek dilaksanakan di wilayah pesisir pantai Selat
Sunda, Sumur Jaya. Pelaksanaan pada tanggal 12 April 2017, pukul 14.30 WIB s/d
14.55 WIB.

Gambar 1. Wilayah pesisir
pantai Selat Sunda, Sumur Jaya
2.2 Prosedur Kerja
1.
Persiapan peta dasar dan penentuan lokasi.
2.
Persiapan administrasi berupa pembuatan surat izin
kegiatan praktek lapangan.
3.
Persiapan peralatan dan
perlengkapan.
Peralatan dan
perlengkapan dalam kegiatan praktek lapang konservasi biologi di Taman Nasional
Ujung Kulon adalah:
a. Sarana
transportasi. Transportasi darat dapat menggunakan kendaraan berupa bus STP
Jakarta.
b. Peralatan dasar
pribadi, seperti alat tulis, pakaian, dan kamera.
c. P3K (Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan), obat pribadi dan vitamin.
d. Makanan dan
minuman.
4. Pelaksanaan
praktek lapangan di wilayah pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya.
5. Pemberian arahan
oleh Bapak Kadarusman Ph.D dan Bapak Heri Triyono, A.Pi., M.Kom.,
6. Melakukan
sosialisasi dengan masyarakat area pesisir Pantai Sumur.
7. Mengkompilasi
semua data yang diperoleh
8. Membuat laporan
praktek lapang sosiologi masyarakat pesisir pantai Selat Sunda, Sumur Jaya
Taman Nasional Ujung Kulon
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pada saat mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon, kami
singgah di Pesisir Pantai Selat Sunda tepatnya di Sumur Jaya. Disana kami
mewawancarai salah seorang nelayan yang yang bernama Bapak Junaedi yang berusia
23 tahun. Dengan pendidikan akhir Sekolah Dasar (SD).
3.1 Struktur/Identitas Masyarakat Di Sekitar Kawasan TNUK
3.1.1 Identifikasi
Masyarakat (Suku Asal, Agama, dan Tingkat Pendidikan
Menurut
narasumber Mayoritas agama di sekitar kawasan TNUK adalah Islam, namun, ada
juga berbagai agama yang lain, seperti Kristen,Hindu,dan Konghucu. Tingkat
pendidikan mayoritas hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), hanya
beberapa orang yang melanjutkan hingga tingkat SMA atau Kuliah.
1.
Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa
Tengah (Banyumasan). Orang Sunda
tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.
2. Suku Bugis
Suku Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Penciri utama
kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan
Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini
orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Disamping itu
orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara
tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis
sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
3.1.2 Usaha/Kegiatan dalam Bidang Perikanan di Kawasan TNUK
Usaha atau
kegiatan dalam bidang perikanan di kawasan TNUK yaitu meliputi pengolahan ikan
asin, pengolahan ikan dijadikan nugget, dan cumi-cumi bakar. Hasil tangkapan
dari nelayan biasanya dijual langsung kepada bakul penjual ikan yang ada
langsung di kawasan pesisir pantai tersebut. Karena tempat Pelelangan Ikan yang
ada disana sudah tidak aktif.
3.2 Identifikasi Kearifan Lokal di sekitar Kawasan TNUK
3.2.1 Upacara Adat Atau Kegiatan Yang Dilaksanakan Oleh
Masyarakat
Sekitar Kawasan
TNUK
Adat
istiadat dan tata nilai yang ada dalam suatu masyarakat merupakan basis dalam
mengatur tata perikelakuan anggota masyarakat. Rasanya akan banyak kehilangan
sesuatu yang berharga apabila kekayaan adat istiatat dan budaya yang ada di
kawasan Nusantara tidak dipelihara dan dikembangkan. Untuk itu perlu upaya
penggalian terhadap apa yang disebut dengan istilah nilai-nilai kearifan lokal.
Sebagaimana dikemukakan Maryani, (2011,1) bahwa: “Dalam penjelajahan jaman
untuk mencapai tujuan “kesejahtaeraan dan kebesaran suatu bangsa”,
Indonesia membutuhkan energi dalam bentuk jatidiri (sense of identity),
solideritas (sense of solidarity), rasa saling memiliki (sense of
belonging), dan kebanggaan bangsa (sense of pride).
Nilai-nilai
budaya lokal yang unggul harus dipandang sebagai warisan sosial. Manakala
budaya tersebut diyakini memiliki nilai yang berharga bagi kebanggaan dan
kebesaran martabat bangsa, maka transmisi nilai budaya kepada generasi penerus
merupakan suatu keniscayaan.
Menurut
narasumber pada zaman dahulu pernah dilaksanakan upacara ruatan yaitu sedekah
laut setelah musim panen datang akan tetapi saat ini hal tersebut sudah tidak
dilakukan lagi. Pada kondisi sekarang
ini sudah tidak ada upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat sekitar
kawasan Taman Nasional Ujung Kulon akan tetapi pada setiap satu tahun satu kali
dilaksanakan syukuran dengan cara seperti istigosah yang tujuannya yaitu untuk
dijauhkan dari marabahaya dan mensyukuri atas hasil tangkap yang telah
diberikan Tuhan. (Junaedi, 2017)
3.2.2 Pengaruh Upacara Adat Atau Kegiatan Adat Terhadap TNUK
Pada zaman dahulu
ada pengaruhnya upacara atau kegiatan pada masyarkat pesisir terhadap Taman
Nasional Ujung Kulon yaitu banyak pengunjung yang datang ingin melihat prosesi
upacara tersebut yang mengakibatkan banyak pula pengunjung yang mendatangi
Taman Nasional Ujung Kulon. Tetapi, tidak dengan saat ini yang sudah tidak
dilaksanakannya upacar adat. (Junaedi, 12/05/2017)
3.2.3 Kegiatan Keagamaan Yang Bersifat Spesifik Lokal dan
Berpengaru Terhadap Kawasan TNUK
Masyarakat pesisir kawasan TNUK yang tidak mempunyai adat
atau kegiatan yang merupakan kearifan local daerah tersebut, mereka hanya
mengadakan upacara syukuran per tahun, mungkin ini dikarenakan banyak
percampuran suku seperti suku sunda, suku bugis, dan suku daerah local tersebut
sehingga tidak terdapat adat ataupun ciri khas yang dimiliki masyarakat sekitar
kawasan TNUK karena perbedaan pemahaman.
3.3 Deskripsi Masing-Masing Kegiatan
3.3.1 Tujuan Masing-Masing Upacara Adat Terhadap Kawasan TNUK
Menurut narasumber yang saya wawancarai tidak ada
kegiatan yang bersifat spesifik lokal dan berpengaruh terhadap kawasan TNUK
3.3.2 Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengembangan TNUK
Masyarakat
pesisir sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sebagian besar bermata
pencaharian sebagai nelayan. Mereka beraktifitas di kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon untuk mengambil hasil ikan di area luar Taman Nasional Ujung Kulon.
Namun masih saja terdapat nelayan yang mencuri hasil ikan di dalam kawasan yang
dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Pemanfaatan tersebut semakin
meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akibat rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk. Permasalahan
selain pengambilan hasil ikan yang menyimpang adalah tidak tersedianya TPA
sampah sekitar pesisir TNUK.
a.
Pada kegiatan mewawancarai nelayan sekitar diketahui
bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengembangan TNUK masih terbatas. Hanya
sedikit nelayan yang peduli dengan pengembangan TNUK. Masyarakat membentuk
kegiatan pengamanan kawasan secara mandiri dengan biaya sendir Padahal peran
masyarakat sangatlah penting. Menurut Conyers (dalam Dicky, 2003), ada 3 (tiga)
alasan utama mengapa peran serta mempunyai sifat yang sangat penting , yaitu
pertama, peran serta masyarakat sebagai alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, tanpa kehadirannya program
pembangunan/proyek‐proyek akan
mengalami kegagalan. Kedua, masyarakat akan percaya bahwa proyek dan program
pembangunan, jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut
dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, merupakan suatu
hak demokrasi apabila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri. Peran serta dari sudut pandang pemerintah adalah
melakukan sesuatu dengan biaya semurah mungkin, sehingga sumber dana yang
terbatas dapat dipakai untuk kepentingan sebanyak mungkin.
b.
Faktor‐faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat
(internal), dan faktor dari luar masyarakat (eksternal). Faktor‐faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam
pengelolaan Taman Nasional adalah:
c.
1. Faktor
internal, yaitu umur, jenis pekerjaan, pendidikan, tingkat penghasilan dan lama
tinggal, ikatan psikologis dengan lingkungan sekitar, tokoh masyarakat.
d.
2. Faktor eksternal, yaitu semua stakeholder yang
mempunyai pengaruh terhadap program/kegiatan pengelolaan Taman Nasional
misalnya: LSM, Pemda, swasta, dll
3.4 Keterkaitan Masing-Masing Upacara Atau Kegiatan Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
3.4.1 Pemahaman Masyarakat Mengenai Pengelolaan SDA Di Kawasan
TNUK
Dari hasil wawancara nelayan sekitar daerah Taman
Nasional Ujung Kulon diketahui bahwa rata-rata nelayan tidak memahami tentang
pengelolaan SDA di kawasan TNUK. Sebagian besar masyarajat hanya memahami
mengenai pengelolaan ekowisata kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Taman
Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu serta
semenanjung Ujung Kulon dan beberapa pulau kecil, diantarnya adalah Pulau
Panaitan, Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dengan luas keseluruhan mencapai
122.956 Ha, dalam pengelolaannya mengacu pada tiga prinsip konservasi
(Perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya dalam pengawasan fungsi dan kerjanya
dibagi atas 3 Seksi Wilayah Perlindungan terpadu yaitu Seksi PT Wilayah I Pulau
Panaitan, Seksi PT Wilayah II Handeuleum dan Seksi PT Wilayah III Sumur.
Nelayan menawarkan jasa sewa perahu untuk menyebrang ke
wisata pulau sekitar TNUK. Harga yang ditawarkan para nelayan yaitu 150.000-250.000
rupiah per kepala.
3.5 Saran Masyarakat Yang Harus Dilakukan Oleh Pemerintah
Terkait Dengan Kawasan TNUK
3.5.1 Keaktifan Masyarakat Dalam Pemberian Kritik Dan Saran
Kepada Pemerintah
Kritikan masyarakat terhadap pemerintah yaitu:
1.
Pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat yang
terbelakang seperti contohnya dengan cara memberikan bantuan dana.
2.
Pemerintah daerah harusnya lebih menanggapi apa yang
masyarakat
ajukan mengenai fasilitas dan infrastruktur kawasan
daerah pesisir Kecamatan Sumur
3.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan estetika
kawasan pesisir dengan menjaga lingkungan kawasan pesisir dengan cara
pemerintah menyediakan tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah
sembarangan
Saran masyarakat terhadap pemerintah
Untuk balai taman nasional ujung kulon,agar terus
mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya warga di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon
untuk turut serta dalam upaya konservasi satwa ini dengan tidak melakukan
ekspoitasi sumber daya alam di sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang
merupakan habitat badak jawa.
3.6 Identifikasi Usaha Masyarakat Dalam Pemberian Kritik Dan
Saran Kepada Pemerintah
Biasanya masyarakat/orang yang mempunyai modal yang sangat besar membuat
KJA (Keramba Jaring Apung). Keramba Jaring Apung adalah sarana
pemeliharaan ikan atau biota air yang mengapung diatas air. Fungsinya untuk pembibitan atau
budidaya ikan dan biota laut. Tujuannya
dengan menggunakan Kubus Apung Interlocking System "Magic
Float", maka Keramba Jaring Apung tetap stabil walau ombak besar, karena
rangka dari konstruksinya adalah rangkaian dari kubus-kubus apung yang mengikat
satu sama lain, sehingga sangat kuat, stabil, dan tahan lama. KJA ini dikelola
langsung oleh masyarakat didaerah Sumur Jaya
3.7 Hambatan Yang Dijumpai Dalam Pengembangan dan Pengelolaan
TNUK
Hambatan yang
dialami dalam pengembangan dan pengelolaan TNUK adalah anggaran yang kurang
memadai, kesadaran masyarakat yang masih mengambil kayu didaerah konservasi,
ekonomi (masyarakat memanfaatkan apa yang ada didaerah konservasi untuh
memenuhi kebutuhan hidupnya).
BAB IV
KESIMPULAN
Penduduk
di wilayah pesisir pantai memiliki tingkat ekonomi yang relatif rendah, dimana
pada musim barat, sebagian nelayan tidak melaut dan sebagian besar dari mereka
hanya mengantungkan hidupnya pada ikan di laut. M Mereka juga hanya merekam
puasa dengan melihat hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya
pengembangan mata pencaharian alternatif sebagai salah satu cara yang harus
diprioritaskan. Mayoritas usaha/kegiatan masyarakat dikawasan TNUK adalah
nelayan, pedagang ikan asin, membuka toko/kios kecil, selain itu masyarakat
juga membuka bagan. Namun, hanya masyarakat yang mempunyai modal yang mampu
membuat bagan.
BAB V
PERSANTUNAN
Puji
dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya yang tiada habisnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kegiatan praktek lapang di Pesisir Pantai Sumur Jaya ini dengan baik. Dengan
selesainya laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Awaludin
Syamsudin, S.St.Pi.,M.Si., Bapak Dr.Ir. I Nyoman Suyasa M.Si selaku dosen mata
kuliah sosiologi masyarakat pesisir yang telah membimbing dalam pengambilan
data di lapangan, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Tidak lupa pula
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak Ir. Mochammad Heri Eddy selaku Ketua Sekolah Tinggi
Perikanan;
2.
Ibu Maria Goreti Eny K., S.St.Pi., M.Mpi., selaku ketua
Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan;
3.
Bapak Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Ketua Program
Studi pengelolaan sumberdaya perairan;
4.
Bapak Kadarusman, S.Pi., DEA., M.Sc.,PhD., Bapak Basuki
Rachmad, M.Si.,Ir., Bapak Abdul Rahman, A.Pi.,M.,Si., Ibu Dra Nunung Sabariyah,
M.Pd., Ibu Dr. Ita Djunita P.D.,A.Pi.,M.Pd., Ibu Dra. Ratna Suharti, M.Si dosen
yang telah meluangkan waktu dan tenanganya untuk ikut serta dalam kegiatan
praktek lapang
5.
Bapak ibu pembina kampus BAPPL-STP Serang yang telah
mendukung kegiatan ini
‘
DAFTAR PUSTAKA
Baedowi Ahmad
(2 Maret 2015). Calak
Edu 4: Esai-esai Pendidikan 2012-2014. Pustaka Alvabet. p. 61. ISBN 978-602-9193-65-7. Diakses tanggal 2 April 2016.
Fadel, Muhammad. (2009). Reinventing Local Government:
Pengalaman dari Daerah. Jakarta: Gramedia.
Gunawan, G.,
Suherman, S., & Ayesha, I. (2017). PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KAWASAN
PENYANGGA TNUK UNTUK MENOPANG PANGAN RUMAH TANGGA. UNES Journal of Community
Service, 1(1), 35-47.
Sadelie, A., Karwur, D., Ngangi,
E., Mahmudi, M., Zulbainarni, N., Khakim, N., ... & Hendarto, T. (2003).
STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN.
0 Komentar untuk "LAPORAN PRAKTEK LAPANG MASYARAKAT PESISIR SEKITAR TAMAN NASIONAL UJUNG KULON"